Sistem peralatan dan perlengkapan hidup yang menonjol di daerah Kabupaten Banyumas terlihat dari gaya arsitektur bangunan berbentuk Pendopo Alas dengan menggunakan sistem Julang Ngapak, peralatan hidup tradisional adalah berupa alat-alat pertanian karena mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani.
Budaya Banyumasan mamiliki ciri khas tersendiri yang berbda dengan wilayah lain di Jawa Tengah, walaupun akarnya masih merupakan budaya Jawa. Budaya Banyumasan adalah tipikal kebudayaan yang berkembang di daerah marginal survival dengan ciri khusus kesederhanaan, egaliter, terbuka (Banyumas : cablaka) dan keakraban. Berdasarkan sejarah dan karakter kebudayaan yang dimiliki, maka dapat dikatakan Banyumas memiliki potensi khasanah kebudayaan tradisional yang beraneka ragam yang dapat digali dan dikembangkan untuk pengembangan wisata budaya.
Aneka kesenian khas Banyumas adalah sebagai berikut:
A. Seni Tari
1. Aksimudha
Merupakan kesenian islami yang disajikan berupa atraksi pencak silat yang dipadu dengan tarian dengan iringan terbang / genjring. Aksimudha pernah berkembang di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas dan saat ini masih dapat ditemukan di wilayah Kecamatan Wangon.
2. Angguk
3. Aplang atau Dhaeng
Kesenian Islami serupa dengan angguk, pemainnya terdiri dari 8 penari wanita.aplang masih berkenbang di wilayah Kabupaten Banyumas khususnya Kecamatan Somagede.
4. Ebeg
Merupakan kesenian kuda lumping yang dikenal di Banyumas. tarian ini menggunakan kuda-kudaan yang terbuat dati anyaman bambo dengan alat musik gamelan dipimpin oleh seorang penimbul atau dalang ebeg. Pada puncak aktivitasnya, para penari akan akan kesurupan sambil emmakan bunga, pecahan kaca, dan biji padi sambil dicambuk oleh Sang Penimbul. Para penari akan sadar kembali setelah dibacakan mantera oleh Sang Penimbul tadi.
5. Lengger
Merupakan seni pertunjukkan tradisional khas Banyumas yang dilakukan oleh penari wanita. Dalam pertunjukkannya penari lengger menari sambil menyanyi (nyinden) denghan diiringi oleh gamelan calung. Kata lengger merupakan jarwo dhosok yang berarti diarani leng jebule jengger atau dikira lubang ternyata mahkota ayam jantan. Maksud jarwo dhosok tersebut adalah berkaitan dengan kebiasaan pada masa lalu pemain lengger berjenis kelamin laki-laki yang berdandan perempuan. Leng adalah simbol gender perempuan sedangkan jengger adalah simbol gender laki-laki. Dalam perkembangannya kesenian lengger lebih berperan sebagai media hiburan sehingga penari yang semula laki-laki diganti dengan penari perempuan yang berparas cantik. Pada masyarakat tradisional di daerah Banyumas, lengger memiliki fungsi ritual sebagai pelaksanaan upacara kesuburan. Lengger dipentaskan untuk keperluan Baritan (upacara meminta hujan), sedekah bumi (upacara syukuran setelah panen padi), kalul, atau nadzar lain-lain). Saat sekarang lengger banyak dipentaskan untuk keperluan hiburan masyarakat pedesaan maupun perkotaan dan telah dimodifikasi menjadi tari-tarian yang digarap dengan konsep masa kini. Lengger hidup subur di seluruh wilayah sebaran budaya Banyumas.
B. Seni Musik
1. Bongkel
Merupakan music tradisional mirip angklung, hanya terdiri dari sebuah instrument dengan 4 buah bilah berlaras slender dengan nada ro (2), lu (3), ma (5), dan nem (6). Dalam penyajiannya, bongkel memmiliki gendhing-gendhing khusus. Bongkel hanya berkembang di Desa Gerduren, Kecamatan Purwojati.
2. Calung
Merupakan musik tradisional dengan perangkat mirip gamelan, terbuat dari bamboo wulung. Music calung hisup di komunitas masyarakat pedesaan di wilayah sebaran nudaya Banyumas. menurut masyarakat setempat, kata “calung” merupakan jarwo dhosok (dua kata yang digabung menjadi bentuk baru) yang berarti carang pring wulung (pucuk bamboo wulung) atau dicacah melung-melung (dipukul bersuara nyaring). Calung adalah bentuk musik minimal, yaitu dengan perangkat sederhana, namun mampu menghasilkan aransemen musikal yang lengkap. Perangkat musik calung terdiri dari atas gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong, gong, dan kendhang. Calung tunbuh subur di seluruh wilayah Banyumas.
3. Slawatan Jawa
Merupakan musik bernafas islami dengan perangkat berupa terbang Jawa. Semua pemain slawatan Jawa adalah laki-laki dewasa. Slawatan Jawa masih berkembang di kecamatan Baturraden dan Purwokerto.
4. Kaster
Merupakan musik tradisional dengan alat musik berupa siter, gong bumbung dan kendheng kotak sabun (terbuat dari kotak kayu sebagi resonator dengan sumber bunyi berupa tali karet yang diikatkn di kedua sisi kotak). Dalam pertunjukannya disajikan gendhing-gendhing gaya Surakarta, Yogyakarta dan gaya banyumasa. Kaster masih berkembang di kecamatan Purwojati.
C. Seni Musik dan Tari
1. Buncis
Merupakan perpaduan musik dan tari yang dibawakan oleh 8 penari pria. Dalam pertunjukannya, pemain buncis menari sambil bermain music dan vocal dengan membawa alat music angklung. Buncis merupakan kesenian khas Desa Tanggeran Kecamatan Banyumas.
2. Calengsai
Merupakan seni pertunjukkan yang merupakan perpaduan antara kesenian asli Banyumas yaitu calung dan lengger dengan kesenian Tionghoa yaitu barongsai sehingga lahirlah karya seni kolaborasi yang disebut Calengsai yang merupakan kependekan dari kata Calung, lengger dan Barongsai. Dalam pertunjukannya, kesenian Calengsai ini dimainkan oleh seniman-seniman pribumi dan dari etnis Tionghoa yang tergabung dalam Paguyuban Asimihoa (Asimilasi Pribumi dan Tionghoa) kabupaten Banyumas.
D. Seni tutur Tradisional
1. Begalan
Merupakan seni tutur tradisional yang digunakan sebagai sarana upacara pernikahan. Begalan menggambarkan peristiwa perampokan terhadap barabg bawaan dari besan (pihak mempelai pria) oleh seorang begal (perampok). Dalam falsafah orang Banyumas, yang dibegal (dirampok) bukanlah harta benda, melainkan barang sawane kaki penganten nini penganten (segala macam kendala yang mungkinterjadi dalam kehidupan berumah tangga pada kedua mempelai). Begalan dilakukan oleh 2 orang pria dewasa yang merupakan sedulur pancer lanang (saudara garis laki-laki) dari pihak mempelai pria. Kedua pemain begalan beraksi di hadapan kedua mempelai dengan membawa property yang disebut brencong kepang. Property tersebut terdiri atas alat-alat dapur yang diberi makna simbolis yang berisi falsafah Jawa dan berguna bagi kedua mempelai. Dalam pementasannya, kedua pemain menari dengan diiringi gendhing-gendhing Banyumasan yang disajikan dengan menggunakan perangkar gamelan. Bagelan masih berkembang di sekuruh wilayah Kabupaten Banyumas.
2. Jemblung
Merupakan seni tutur tradisonal yang dilakukan oleh 4 orang pemain. Jemblung merupakan jarwo dhosok yang berarti jenjem-jenjeme wong gemblung (rasa tenteran yang dirasakan oleh orang gila). Pengertian ini diperkirakan bersumber dari tradisi pementasan Jemblung yang menempatkan pemain layaknya orang gila. Para pemain jemblung tampil tanpa property apapun, dan bermain sepetti halnya sandiwara ketoprak dan mengiringi pertunjukkan dengan aransemen musical yang dibangun melalui sajian musik mulut (oral).dalam pertunjukannya, pemain jemblung duduk di kursi menghadap sebuah meja yang berisi nasi tumpeng dan jajan pasar yang merupakan properti pementasan. Jemblung menysjiksn kisah-kisah babad, legenda atau cerita rakyat yang adegannya diplot seperti halnya plot cerita pada pertunjukannya ketoprak. Jemblung masih tumbuh dan berkembang di kecamatan Tambak dan Sumpiuh.
E. Upacara Tradisional
1. Baritan
Merupakan upacara kesuburan dengan menggunakan kesenian sebagai media utama. Ada 2 macam baritan yaitu baritan yang digunakan untuk tujuan memanggil hujan dan baritan untuk keselamatan ternak. Untuk memanggil hujan digunakan berbagai macam kesenian seperti lengger, buncis, atau ebeg. Sedangkan untuk keselamatan ternak digunakan lengger sebagai medianya. Baritan dilaksanakan pada mangsa Kapat(sekitar bulan September). Baritan masih berkembang di wilayah Kecamatan Ajibarang.
2. Cowongan
Merupakan upacara minta hujan dengan menggunaka property siwur atau irus yang dihias menyerupai orang putri. Pelaku cowongan terdiri atas wanita yang sedang dalam keadaan suci (tidak sedang haid, nifas, atau telah melakukan hubungan seksual). Cowongan dilakukan hana pada saat musim kemarau panjang. Biasanya ritual ini dilakukan pada awal masa kapat (hitungan masa dalam kalender Jawa) atau sekitar bulan September. Pelaksanaannya pada tiap malam Jumat dimulai pada malam Jumat kliwon. Cowongan masih ditenukan di Desa Plana, Kecamatan Somagede.
3. Ujungan
Merupakan ritual tradisional minta hujan dengan cara adu manusia dengan properti berupa sebarang rotan.pelaku ujungan adalah laki-laki dewasa yang memiliki kekuatan untuk menahan benturan pukulan lawan. Sebelum beradu pukul, pemain ujungan menari-nari dengan iringan tepuk dan sorak sorai penonton. Ritual ini hanya dilakukan saat kemarau panjang. Biasanya ujungan dilaksanakan pada akhir mangsa kapat (sekitar bulan September). Ujungan berkembang di Kecamatan Somagede hingga saat ini.
4. Hari Jadi Kabupaten Banyumas
Merupakan Hari Jadi kabupaten Banyumas dimeriahkan dengan prosesi pusaka yang terdiri dari keris dan tombak. Turut serta dalam prosesi ini adalah visualisasi dari Adipati Mrapat (julukan / gelar Raden Joko Kaiman, Bupati Banyumas yang pertama) dengan keluarganya dan suba manggalanya yang dilaksanakan setiap tanggal 5 April mulai pukul 15.00 WIB, yang diarak dari Pendopo Eks kotatip Purwokerto menuju Pendopo si Panji Kabupaten Banyumas.
5. Upacara Tradisional sedekah Bumi / Suran
Merupakan upacara sedekah bumi sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, karunia, berupa hasil panen. Upacara ini dilaksanakan pada setiap bulan Sura yang jatuh pada setiap Selasa Kliwon / Jumat Kliwon di Lokawisata Baturraden yang didahului dengan prosesi kirab hasil bumi berupa “Robyong” yang berisi ketela pohon, padi, jagung, dilengkapi pula dengan tumpeng panca warna.
6. Upacara Tradisional Jaro Rojab
Upacara penggantian Jaro (pagar) lama yang ada di komplek makam Kyai Tolih / komplek masjid dengan jaro yang baru yang dilaksanakan setiap tanggal 26 Rojab (Kalender Jawa). Bamboo-bambu dibawa secara sukarela oleh penduduk setempat kemudian dibuat bahan jaro (pagar) dan sebelum dipasang dicuci dengan air sungai yang ada di sekitar komplek makam. Upacara ini dilaksanakan pada bulan Rojab.
7. Upacara Tradisional Unggah-Unggahan (Komplek Makam Bonokeling desa Pekuncen Jatilawang)
Upacara bersih-bersih makam leluhur yang dilakukan oleh anak keturunannya dan masyarakat sekitar. Upacara ini dilaksanakan pada bulan Sadran satu minggu menjelang Ramadhan.
8. Upacara Tradisional Udun-Udunan (komplek makam Bonokeling desa Pekuncen Jatilawang)
Upacara bersih-bersih makam leluhur dilakukan anak keturunannya dan masyarakat sekitar. Upacara dilaksanakan pada bulan Syawal setelah lebaran.
9. Upacara Penjamasan Jimat / Pusaka
a. Desa kalisalak kecamatan Kebasen.
Upacara ini didahului dengan keluarnya pusaka / jimat peninggalan Amangkurat II (Raja Mataram) dari tempat penyimpanan oloeh juru kunci dan ditempatkan di mimbar khusus tempat penjamasan. Prosesi penjamasan untuk senjata tajam dilakukan dengan cara digosok-gosokkan beruolang-ulang dengan menggunakan ramuan jeruk nipis, katul (dedek) dan bubuk warangan. Untuk yang bukan senjata tajam dilakukan dengan pengasapan kemenyan.
b. Kalibening Desa Dawuhan Kecamatan Banyumas
Untuk Kalibening pusaka / jimat setelah dikeluarkan dari tempat penyimpanan kemudian dikirab menuju sumur pesucen di komplek makan Mbah Kalibening. Proses penjamasan pusaka / jimat dijamas dengan air yang diambil dari sumur pekuncen.
c. Desa Gambarsari kecamatan Kebasen.
Prosesi penjamasan sama dengan prosesi penjamasan pusaka / jimat Desa Kalisalak Kecamatan Kebasen.
F. Permainan Rakyat
Gumbeng
Merupakan permainan rakyat yang terdiri atas potongan ruas bambo yang dilaras dengan nada-nada tertentu, diletakkan di atas kaki yang sengaja dijulurkan ke depan dalam posisi duduk. Kesenian ini masih berkembang di seluruh Banyumas.
G. Seni Karawitan
Karawitan Gagrag Banyumasan.
Merupakan salah satu gaya karawitan Jawa yang tumbuh dan berkembang di wilayah sebaran budaya Banyumasan. Karawitan gagrag Banyumasan dikenal memiliki 3 warna yaitu wetanan, kulonan dan banyumasan. Wetanan dipengaruhi oleh karawitan kraton (Yogyakarta dan Surakarta). Kulonan dipengaruhi oleh gaya Sunda, adapub banyumasan adalah warna khas yang dilatarbelakangi oleh budaya masyarakat setempat yang bernafas kerakyatan. Ketiga warna trsebut dapat dijumpai dalam bentuk ge3ndhing, dan garap instrument dalam setiap penyajiannya. Karawitan gagrag banyumasan disajikan dalam perangkat gamelan ageng. Namun demikian dapat pula disajikan dengan menggunakan perangkat music calung maupun maupun angklung yang merupakan perangkat music khas Banyumasan. Hingga saat ini karawitan gagrag banyumasan masih tumbuh subur di seuruh wiayah Banyumas.
H. Seni Wayang
Wayang Kulit Gagrag Banyumasan
Merupakan pertunjukkan wayang kulit yang bernafas Banyumas. Lakon-lakon yang disajikan dalam pementasan tidak berbeda dengan wayang kulit purwo, yaitu bersumber dari kitab mahabrata dan Ramayana. Spesifikasi wayang kulit gagrag Banyumas adalah terletak pada teknik pembawaannya yang sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya masyarakat setempat yang memiliki pola kehidupan pola tradisonal agraris. Spesifikasi tersebut dapat dilihat pada berbagai sisi seperti sulukan, tokoh-tokoh tertentu yang merupakan local genius local Banyumasan, sanggit cerita, iringan dan lain-lain. Wayang kulir gagrag Banyumasan memiliki 2 versi yang berbeda, yaitu gagrag kidul gunung dan gagrag lor gunung.
Wayang kulit gagrag lor gunung adalah wayang kulit gagrag Banyumasan yang berkembang di sebelah selatan pegunungan kendeng. Wayang kulit gagrag Banyumasan masih tumbuh subur di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas.
I. Kuliner
1. Mendoan
Meupakan makanan khas/asli Banyumas. Makanan ini terbuat dari bahan baku kedelai yang sengaja dibuat atau dicetk menjadi lembaran tempe tipis berbentuk segi empat. Wisatawan dapat memperoleh hamper di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas di berbagai tempat seperti pusat oleh-oleh khas Banyumas maupun warung makan sepanjang jalan.
2. Kripik Tempe
Makanan ini terbuat dari bahan baku yang sama dengan mendoan, hanya berbeda pada proses penggorengannya sehingga menjadi kripik tempe yang kering dan renyah. Makanan ini juga sangat mudah dijangkau.
3. Gethuk Goreng Sokaraja
Kekhasan gethuk goreng Banyumas yaitu pada proses pembuatannya yang digoreng. Gethuk ini tersedia dalam berbagai rasa. Kemasannya yang menarik (di dalam besek) dan keawetannya selama 10 hari, serta cita rasa yang lezat membuat gethuk goreng ini selalu diburu para wisatawan. Gethuk goreng ini paling banyak ditemukan di jalan raya Sokaraja.
4. Soto Sokaraja
Kekhasan soto sokaraja dibandingkan dengan soto lain adalah penggunaan ketupat dan irisan daging ayam dan sapi sebagai pengganti nasi dan soun, serta sambal kacang dan kecap. Soto ini mudah dijumpai di sepanjang jalan raya Sokaraja.
5. Nopia
Makanan ini berbahan baku tepung terigu dan gula kelapa. Nopia ini tersedia dalam berbagai rasa.
6. Jenang Jaket dan Wajik Klethik
Kata ‘jaket’ merupakan kependekan dari jenang asli ketan. Jenang jaket ini sangat kenyal namun tidak lengket karena dicampur dengan wijen. Pusat perbelanjaan sekaligus pabrik pembuatan jenang jaket ini terletak di Kelurahan Mersi, Purwokerto.
7. Cimplung
Bahan baku makanan ini sangat beraneka ragam seperti kelapa muda, singkong, ubi jalar, atau pisang. Cimplung mudah didapatkan di Kecamatan Cilongok sebagai daerah penghasil gula kelapa selain di pasar-pasar tradisonal di Banyumas.
8. Kraca / Keong
Makanan ini dimasak dengan bumbu tradisional dan banyak dijual di pasar dan bakul jajanan. Kraca / keong ini dikenal memiliki gizi tinggi dan sangat laris diburu masyarakat pada bulan puasa.
9. Lembutan
Lembutan adalah ikan kali yang kecil-kecil dan digoreng sampai kering sebagai lauk. Lembutan banyak tersebar di sepanjang Sungai Serayu terutama kawasan Bendung Gerak Serayu yang juga terletak dekat dengan objek wisata Pemandian Kalibacin. Lembutan ini juga merupakan mata pencaharian masyarakat Kecamatan Rawalo yang tinggal di pinggiran Sungai Serayu.
10. Buntil
Kata buntil berasal dari buntelan / bungkusan yang diuntil-until atau diikat. Makanan ini terbuat dari bahan baku talas/lumbu, daun singkong atau daun pepaya. Buntul ini banyak dieroleh di pasar tradisional ataupun supermarket.
J. Kerajinan
1. Bandol
Kata bandol merupakan kependekan dari ban dodol, yang berarti ban yang rusak. Seiring kepadatan arus lalu lintas dan bertambahnya sarana transportasi membuat sampah semakin menggunung seperti ban bekas yang tidak bisa diuraikan. Di Desa Banaran Kecamatan Purwokerto Barat telah berkembang sentra kerajinan ban bekas. Produk yang dihasilkan antara lain: sandal, pot tanaman, kursi, roda, andong, ayunan, tali timba, tempat sampah, dan lain-lain. Kerajinan bandol ini sangat diminati oleh wisatawn karena selain mamiliki nilai seni yang tinggi juga memiliki harga yang sangat terjangkau.
2. Batik Banyumasan
Ada dua macam pembuatan batik Banyumasan yaitu batik tulis dan batik cap. Batik Banyumas memiliki kekhasan baik dilihat dari motif maupun perwarnaannya yang memiliki warna yang pekat dan tandas. Beberapa batik Banyumasam yang terkenal diantaranya motif lumbon, babon angrem, pring sedapur, jahe serimpang, kanthil, dan lain-lain. Sentra penjualan dan pembuatan batik Banyumas terdapat di Jalam Mruyung, Banyumas.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar